BANYAK yang bilang, rayap bekerja 24 jam, 7 hari seminggu, dan 54
minggu dalam setahun. Tidak pernah berhenti. Yang bisa dilakukan kini
adalah menghalau kedatangan mereka.
Mau tahu menu “4 sehat 5 sempurna” rayap? Selain rumput dan dedaunan yang sudah mati, hewan koloni itu juga makan kayu. Dengan makanan itu, rayap tumbuh sehat, mencerna selulosa yang dikandung kayu dan dedaunan mati. Selulosa adalah polisakarada karbohidrat dari beta-glukosa yang kaya energi.
Jelas, menu itu adalah makanan lezat dan bergizi untuk kawanan rayap. Mereka akan terus mencarinya di mana pun tinggal. Karena yang diincar adalah kayu mati, manusia patut waspada, terutama yang rumahnya mayoritas tersusun dari kayu. Rayap sanggup meruntuhkan bagian rumah atau gedung sekalipun!
Karenanya, demi keselamatan gedung, pemerintah bahkan telah memberlakukan UU No28/2002 tentang Bangunan Gedung. Pada Pasal 18 Ayat 1 dinyatakan bahwa setiap bangunan harus tahan terhadap kerusakan yang diakibatkan gangguan alam, seperti gempa bumi, longsor, dan serangga perusak.
Undang-undang itu ditetapkan berdasarkan pengalaman. Dari data kerugian ekonomis, hingga akhir tahun 2000, rayap mengakibatkan kerugian hingga Rp2,67 triliun, dengan rata-rata persentase serangan pada bangunan mencapai angka 70 persen lebih. Setiap tahun meningkat sekitar 5 persen. Luar biasa.
So, mengapa rayap begitu eksis? Alasan utama adalah perubahan kondisi habitat akibat aktivitas manusia, sangat potensial mengubah status rayap menjadi serangga hama merugikan. Misalnya pemanfaatan lahan dari areal perkebunan menjadi daerah pemukiman. Kawasan ini berpotensi diserang rayap.
Untuk mencapai sasarannya, rayap tanah dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa sentimeter. Apa pun bentuk konstruksi bangunan gedung, seperti slab, basement atau crawl space, dapat ditembusnya lewat lubang terbuka atau celah sekecil seperenam empat inci.
Beberapa faktor pendorong serangan rayap pada bangunan antara lain banyaknya kayu yang tertimbun di dalam tanah saat pembangunan. Lalu, adanya celah pada fondasi tembok, sistem ventilasi kurang baik, kayu yang berhubungan langsung dengan tanah, hingga kondisi biofisik tapak bangunan yang menguntungkan kehidupan rayap.
Sekarang, yang perlu dipikirkan adalah menanggulanginya. Ada beberapa langkah untuk menghadang datangnya hewan ini. Menurut arsitek Hendra Syafuddin, yang paling gampang adalah hindari bahan-bahan kayu seperti sisa-sisa tunggak pohon di sekitar halaman bangunan, yang berpotensi menjadi sumber infeksi rayap.
“Demikian pula pohon-pohon tua yang sebagian jaringan pohon maupun akarnya telah mati. Ini merupakan sumber makanan rayap dan dapat menjadi lokasi sarang perkembangan koloni rayap,” sebut Hendra.
Lalu, hindari kontak antara tanah dan bagian-bagian kayu dari bangunan, walaupun cara ini tidak mutlak mampu mencegah serangan rayap. Karena rayap mampu membuat terowongan kembara di atas tembok, lantai, dan dinding untuk mencapai objek kayu makanannya.
Dalam penjelasannya bersama tim ketika menangani rayap yang menyerang Istana Merdeka, beberapa waktu silam, Yudi menganjurkan dua metode. Pertama, preconstruction termite control (metode prakonstruksi) yaitu termite control yang dilakukan saat bangunan sedang dibangun.
“Itu bisa meliputi penyemprotan galian fondasi, penyemprotan seluruh permukaan lantai/ tanah bangunan sebelum pengecoran, dan penyemprotan seluruh permukaan kayu-kayu pada konstruksi plafon dan atap,” katanya.
Mau tahu menu “4 sehat 5 sempurna” rayap? Selain rumput dan dedaunan yang sudah mati, hewan koloni itu juga makan kayu. Dengan makanan itu, rayap tumbuh sehat, mencerna selulosa yang dikandung kayu dan dedaunan mati. Selulosa adalah polisakarada karbohidrat dari beta-glukosa yang kaya energi.
Jelas, menu itu adalah makanan lezat dan bergizi untuk kawanan rayap. Mereka akan terus mencarinya di mana pun tinggal. Karena yang diincar adalah kayu mati, manusia patut waspada, terutama yang rumahnya mayoritas tersusun dari kayu. Rayap sanggup meruntuhkan bagian rumah atau gedung sekalipun!
Karenanya, demi keselamatan gedung, pemerintah bahkan telah memberlakukan UU No28/2002 tentang Bangunan Gedung. Pada Pasal 18 Ayat 1 dinyatakan bahwa setiap bangunan harus tahan terhadap kerusakan yang diakibatkan gangguan alam, seperti gempa bumi, longsor, dan serangga perusak.
Undang-undang itu ditetapkan berdasarkan pengalaman. Dari data kerugian ekonomis, hingga akhir tahun 2000, rayap mengakibatkan kerugian hingga Rp2,67 triliun, dengan rata-rata persentase serangan pada bangunan mencapai angka 70 persen lebih. Setiap tahun meningkat sekitar 5 persen. Luar biasa.
So, mengapa rayap begitu eksis? Alasan utama adalah perubahan kondisi habitat akibat aktivitas manusia, sangat potensial mengubah status rayap menjadi serangga hama merugikan. Misalnya pemanfaatan lahan dari areal perkebunan menjadi daerah pemukiman. Kawasan ini berpotensi diserang rayap.
Habitat alami rayap yang terganggu membuat mereka mencari
sumber makanan baru berupa kayu atau material berselulosa lain yang
terdapat pada bangunan. Penyebab lain penyebaran rayap adalah lokasi
yang berada pada dataran rendah dengan suhu hangat dan kelembapan
tinggi. Kondisi lingkungan ini sangat disukai beberapa jenis rayap.
Tanah merah gembur dan bekas tanaman, ditengarai 90 persennya mengandung
populasi rayap cukup tinggi.
Untuk bisnis properti, rayap adalah
musuh bebuyutan. Tidak waspada berarti roboh. Serangga ini tak kenal
kompromi dan melihat kepentingan manusia. Mereka akan dengan mudah
merusak mebel, buku-buku, kabel-kabel listrik, telepon, dan
barang-barang yang disimpan.Untuk mencapai sasarannya, rayap tanah dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa sentimeter. Apa pun bentuk konstruksi bangunan gedung, seperti slab, basement atau crawl space, dapat ditembusnya lewat lubang terbuka atau celah sekecil seperenam empat inci.
Beberapa faktor pendorong serangan rayap pada bangunan antara lain banyaknya kayu yang tertimbun di dalam tanah saat pembangunan. Lalu, adanya celah pada fondasi tembok, sistem ventilasi kurang baik, kayu yang berhubungan langsung dengan tanah, hingga kondisi biofisik tapak bangunan yang menguntungkan kehidupan rayap.
Sekarang, yang perlu dipikirkan adalah menanggulanginya. Ada beberapa langkah untuk menghadang datangnya hewan ini. Menurut arsitek Hendra Syafuddin, yang paling gampang adalah hindari bahan-bahan kayu seperti sisa-sisa tunggak pohon di sekitar halaman bangunan, yang berpotensi menjadi sumber infeksi rayap.
“Demikian pula pohon-pohon tua yang sebagian jaringan pohon maupun akarnya telah mati. Ini merupakan sumber makanan rayap dan dapat menjadi lokasi sarang perkembangan koloni rayap,” sebut Hendra.
Lalu, hindari kontak antara tanah dan bagian-bagian kayu dari bangunan, walaupun cara ini tidak mutlak mampu mencegah serangan rayap. Karena rayap mampu membuat terowongan kembara di atas tembok, lantai, dan dinding untuk mencapai objek kayu makanannya.
Pemilihan kayu juga dirasa sangat penting
untuk menghindari koloni rayap. Jenis kayu yang awet di antaranya jati
atau kayu yang telah diawetkan dengan bahanbahan pengawet antirayap.
Garam pengawet disarankan untuk kayukayu yang digunakan di bawah atap.
Kayu di luar bangunan diperlukan bahan pengawet yang larut minyak.
Cara
lain yang efektif adalah membuat benteng di bagian fondasi. Caranya
dengan mencampur bahan fondasi dengan termitisida. “Dengan campuran
bahan ini, rayap tidak akan mau menembus fondasi karena bahan itu tahan
pencucian (persisten) serta memiliki afinitas dengan tanah,” kata
Hendra.
Jika memang rayap sudah terlanjur menyerang, langkah yang
harus dilakukan menurut tim peneliti rayap Laboratorium Hasil Hutan
Pusat Studi Ilmu Hayati (PSIH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Ir Yudi
Rismayadi adalah melakukan termite control.Dalam penjelasannya bersama tim ketika menangani rayap yang menyerang Istana Merdeka, beberapa waktu silam, Yudi menganjurkan dua metode. Pertama, preconstruction termite control (metode prakonstruksi) yaitu termite control yang dilakukan saat bangunan sedang dibangun.
“Itu bisa meliputi penyemprotan galian fondasi, penyemprotan seluruh permukaan lantai/ tanah bangunan sebelum pengecoran, dan penyemprotan seluruh permukaan kayu-kayu pada konstruksi plafon dan atap,” katanya.
Lalu
yang kedua adalah post construction termite control (metode
pascakonstruksi) yaitu termite control dilakukan pada bangunan yang
sudah berdiri. Caranya, menginjeksikan termitisida/obat pembasmi rayap
ke dalam tanah di bawah lantai sepanjang fondasi bangunan yang jarak
antarlubang injeksinya 60-80 cm, dengan diameter lubang maksimal 13 mm.
Kayu-kayu
yang telah terpasang bisa dilakukan penyemprotan langsung dengan
termitisida. Caracara pengendalian yang ramah lingkungan juga sangat
disarankan. Misalnya dengan pengumpanan dan pengendalian koloni rayap
menggunakan insektisida penekan pertumbuhan kutikel, seperti
heksaflumuron.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih telah berkunjung ke blog saya, berkomentarlah dengan sopan .. ^^